Minggu, 23 Agustus 2015

Patung Budha Tidur, Trowulan-Mojokerto, Jawa Timur

         
          Kompleks patung dan vihara Buddhayana ini terletak kompleks Trowulan di Desa Bejijong, Kabupaten Mojokerto, Trowulan sendiri diyakini sebagai pusat kerajaan Majapahit, yang menurut sejarah merupakan kerajaan terbesar yang pernah berdiri di tanah yang kini menjadi negara Indonesia ini.Vihara ini didirikan oleh Banthe Viriyanadi, Banthe atau Bhiksu merupakan rohaniawan agama Budha, karena lama hidup di Mojokerto, Banthe Viriyanadi tahu benar tentang sejarah Majapahit dan situs-situs yang ditinggalkan, termasuk juga aspek keagamaan Budha yang dianutnya dan Majapahit.“Saya ingin agar kita selalu ingat bahwa Kerajaan Majapahit adalah pemersatu Nusantara. Semangat persatuan itulah yang ingin kita tunjukkan di sini,” katanya dikutip dari tulisan Lambertus Hurek di blognya. Selain membangun Vihara, pada tahun 1993 sebuah patung berukuran besar dengan warna kuning keemasan juga dibangun di sebelah kiri Vihara, konon patung ini terbesar kedua setelah patung serupa yang ada di Thailand, dengan ukurannya yang besar tentu saja patung ini menarik perhatian untuk dikunjungi wisatawan, didukung pula dengan suasana desa yang permai, dekat dengan kebun tebu di sekitar kompleks Vihara ini.

Candi Brahu, Trowulan-Mojokerto, Jawa Timur


           Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Tepat di depan kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur yang terletak di jalan raya Mojokerto-Jombang terdapat jalan masuk ke arah utara yang agak sempit namun telah diaspal. Candi Brahu terletak di sisi kanan jalan kecil tersebut, sekitar 1,8 km dari jalan raya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Candi Brahu lebih tua dibandingkan candi lain yang ada di sekitar Trowulan. Nama Brahu dihubungkan diperkirakan berasal dari kata 'Wanaru' atau 'Warahu', yaitu nama sebuah bangunan suci yang disebutkan di dalam prasasti tembaga 'Alasantan' yang ditemukan kira-kira 45 meter disebelah barat Candi Brahu. Prasasti ini dibuat pada tahun 861 Saka atau, tepatnya, 9 September 939 M atas perintah Raja Mpu Sindok dari Kahuripan. Menurut masyarakat di sekitarnya, candi ini dahulu berfungsi sebagai tempat pembakaran jenasah raja-raja Brawijaya. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan terhadap candi tersebut tidak menunjukkan adanya bekas-bekas abu atau mayat, karena bilik candi sekarang sudah kosong. Candi ini menghadap ke arah Barat, berdenah dasar persegi panjang seluas 18 x 22,5 m dan dengan tinggi yang tersisa sampai sekarang mencapai sekitar 20 m.